KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
UMI FAIZAH
CGP Angkatan 7
SMP Negeri 1 Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur
“Mengajarkan anak menghitung
itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Sebagai seorang pendidik, saya sering mengalami
dilema etika, antara mengajarkan isi materi, mengejar ketuntasan materi ataukah
mengajarkan makna dan penerapan sesungguhnya dari materi tersebut yang
membutuhkan waktu yang lebih lama, yang mungkin akan mengakibatkan materi tidak
tuntas, namun anak akan mamahami makna sebenarnya dan pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai dalam suatu pengambilan keputusan yang
saya pegang yaitu apapun keputusan yang saya buat harus dapat
dipertanggungjawabkan serta berpihak pada murid. Pengambilan keputusan tersebut
juga diharapkan akan memberikan dampak positif pada lingkungan sekolah, yaitu
terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, tanpa adanya perselisihan.
Sebagai pemimpin pembelajaran, maka keputusan yang saya ambil akan
menentukan apa yang akan murid saya dapatkan dari pembelajaran yang saya
laksanakan. Maka keputusan yang saya ambil haruslah mampu menuntun tumbuh
kembang anak sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Pengambilan keputusan
harus mengutamakan kebutuhan belajar murid dan juga pembentukan karakter murid
melalui pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional.
Education is the art
of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi
berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Menurut Saya, maksud dari kutipan tersebut
adalah, setiap permasalahan yang kita alami, baik dilema etika ataupun bujukan
moral dapat diputuskan melalui 4 paradima, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan
keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil harus didasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal yaitu tanggung jawab dan berpihak kepada murid.
Bujukan moral adalah sebuah situasi
ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah. Dalam Pratap Trilogi
KHD menyatakan: Ing Ngarsa Sung Tulodho, bahwa kita sebagai pemimpin
pembelajaran, hendaknya memberi teladan yang bijak dalam pengambilan keputusan.
Ing Madyo Mangun Karso, bahwa dalam pengambilan keputusan, hendaknya kita mampu
memberdayakan dan membangun kerukunan murid. Tut Wuri Handayani, bahwa sebagai
pemimpin dalam pengambilan keputusan, maka keputusan yang kita ambil, hendaknya
mampu mendorong kolaborasi dan meningkatkan kinerja murid.
Nilai-nilai kebajikan yang sangat
mempengaruhi kebijakan kita dalam pengambilan keputusan adalah keadilan dan
tanggung jawab. Adil berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya. Sedangkan
tanggung jawab berarti mampu menanggung resiko dari keputusan yang telah kita
pilih. Nilai ini harus ditanamkan sejak dini dan dibudayakan dalam lingkungan
sekolah, agar kelak murid kita menjadi orang yang bijak dalam mengambil
keputusan.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus
mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar mampu bijak dalam mengambil
dan menguji keputusan. Seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik menunjukkan
integritas dan tanggung jawab dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan dilema
etika. Guru juga harus mampu memiliki kesadaran penuh ketika menghadapi suatu dilema
etika, dengan kesadaran penuh, maka perhatian, rasa ingin tahu, dan kebaikan
akan mempengaruhi keputusan guru dalam menciptakan wellbeing ekosistem (kesejahteraan
psikologis).
Nilai-nilai yang dianut oleh pendidik seperti
keadilan, kemanusiaan, tanggung jawab, kejujuran dan lain-lain akan sangat
mempengaruhi pendidik tersebut dalam mengambil suatu keputusan, baik yang
berupa dilema etika maupun bujukan moral. Karena nilai ini akan menjadi dasar
seorang pendidik dalam mempertimbangkan benturan nilai yang muncul dalam kasus
dilema etika dan bujukan moral. Mana nilai yang harus dipertegas atau dikalahkan.
Lingkungan yang positif, kondusif, aman,
dan nyaman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memiliki
potensi yang berbeda-beda. Tugas pendidik
adalah membantu anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya.
Persepsi tersebut akan mendorong kentalnya kolaborasi antar murid, guru, maupun
orang tua. Lingkungan tersebut akan tercipta dari budaya positif. Budaya
positif akan terbentuk dari kesepakatan dan sinergitas para pelaku lingkungan
dalam menyepakati tindakan positif. Dalam kesepakatan inilah dibutuhkan suatu
ketrampilan dalam pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai
kebajikan.
Pada kasus pengambilan keputusan dari
suatu masalah dilema etika, dibutuhkan suatu kejelian dalam analisisnya. Akankah
menggunakan prinsip end based thinking,
Rule based Thinking, Care Based Thinking dalam penyelesaiannya. Oleh karena
itu perlu adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memetakan suatu masalah
dilema etika berdasarkan paradigmanya. Seperti Individu vs kelompok keadilan vs
kasihan, kebenaran vs kesetiaan, atau jangka pendek vs jangka panjang.
Agar dapat memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, kita harus mengetahui
kesiapan, minat dan profil belajar murid. Dengan memahami ketiganya, kita akan mampu
menyusun pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pembelajaran
berdiferensiasi, baik dari sisi konten, proses, maupun produk. Dengan
mewujudkan pembelajaran yang demikian, maka murid akan semakin merdeka dalam
belajarnya.
Sebagai pemimpin pembelajaran, kita
harus lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Karena keputusan yang kita
ambil akan terkait secara terus menerus dan berdampak pada kehidupan murid
kita.
Sebagai seorang pendidik kita harus
mampu mengenali nilai dan peran diri kita agar mampu memahami dan menerapkan
filosofi KHD dalam pembelajaran di kelas. Kita juga harus mampu memahami kebutuhan
belajar murid kita yang beragam dan mampu untuk mengelola sosial dan emosional
murid kita. Pemahaman tersebut dapat kita eksplorasi menggunakan prinsip coaching/supervisi
akademik dengan demikian akan muncul keputusan yang mampu menciptakan budaya
positif demi terwujudnya sekolah yang berpihak pada murid.
Pemahaman saya tentang materi modul 3.1
ini adalah tentang penerapan 4 Paradigma, 3 Prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan
dan pengujian keputusan. Dimana pemahaman tersebut saya gunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul untuk memetakan mana yang benar vs
benar (dilema etika) atau benar vs salah (bujukan moral). Hal diluar dugaan
yang saya dapatkan pada modul ini adalah ketika kita menghadapi kasus dilema
etika, maka kita perlu memunculkan opsi trilema agar muncul solusi kreatif yang
bisa diterima semua pihak.
Sebelum mempelajari modul ini, saya
cenderung menyelesaikan masalah menggunakan prinsip end based thinking, yaitu saya melakukan karena itu yang terbaik
untuk kebanyakan orang ataupun rule based
thinking, yaitu berpusat pada tugas dan aturan yang ada. Setelah mempelajari
modul 3.1, saya lebih banyak mengolah rasa empati saya untuk memutuskan sesuatu
menggunakan rasa peduli (Care based
thinking).
Sebagai individu, modul ini sangat penting bagi saya, karena modul ini membuat saya mengerti bagaimana langkah- langkah yang harus saya terapkan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan masalah pribadi saya. Sebagai pemimpin, modul ini juga sangat penting, karena keputusan yang diambil akan menyangkut kepentingan orang banyak sehingga harus dianalisis dan diputuskan menggunakan langkah yang tepat.
Salam Guru Penggerak
Tergerak, bergerak, menggerakkan